Kecelakaan tidak bisa dilepaskan dalam dunia balapan dan setiap pembalap
menyadari risiko tersebut. Alasan pembalap untuk memacu kencang
kendaraan bermotornya memang bermacam-macam, semisal memacu adrenalin,
ingin merasakan iklim kompetisi, ingin memaksimumkan teknologi yang ada
dengan memacu sekencang-kencangnya dan lain sebagainya. Ilmuwan pun
terus berpacu untuk meminimalkan terjadinya kecelakaan dalam dunia
balap, orang biasanya mengatakan bahwa keselamatan dalam dunia balap
adalah di atas segala aturan (safety first). Tetapi apapun itu jika
terjadi kesalahan yang biasanya bersifat teknis menyebabkan kecelakaan
tidak dapat dihindarkan dan terkadang menelan korban jiwa.
Berikut adalah 5 kecelakaan paling tragis yang pernah terjadi dalam arena balap:
5. Gilles Villeneuve - Formula One
Gilles Villeneuve adalah kebanggaan olahraga motor Kanada. Karirnya
dimulai di Quebec, di mana ia mulai balap mobil salju sebelum pindah ke
Formula Atlantik.
Ia memenangkan Kejuaraan Formula Atlantik tahun 1976 di Amerika Serikat
dan Kanada, dan kemudian ditawari bergabung dengan McLaren pada tahun
1977. Ia melaju pada tahun 1978 untuk Ferrari, dan selama karir singkat
ia memenangkan enam balapan dan menemapti urutan kedua dalam seri
kejuaraan.
Pada tahun 1982, Villenueve melalaju dalam kualifikasi untuk Grand Prix
Belgia di Zolder ketika ia menabrak mobil lain yang lebih lambat,
membuatnya terpental ke udara pada kecepatan diperkirakan antara 193 dan
225 km/jam. Mobil itu terbanting ke dalam trek sementara Villenueve
setelah terpental keudara ditangkap pagar pembatas.
Ile Notre-Dame Montreal, sebuah sirkuit balap di Kanada, berubah nama
menjadi Sirkuit Gilles Villenueve setelah kecelakaan itu, dan, bahkan
hari ini, Giles tetap menjadi salah satu pembalap mobil yang paling
populer dan mengagumkan dalam sejarah.
4. Ayrton Senna - Formula One
Sebuah jajak pendapat tahun 2009 dari 271 pembalap Formula One, anggota
kru dan karyawan menunjuk Ayrton Senna sebagai pembalap F1 terbesar
dalam sejarah.
Seorang Pembalap yang 3 kali menjuarai seri kejuaraan, Senna memenangkan
Grand Prix Monaco enam kali dan memegang rekor pole position dari tahun
1989 hingga 2006. Senna itu dikenal sebagai pesaing yang tangguh, dan
terutama dikenal karena perseteruan dengan Alain Prost, pesaingnya dalam
berduel untuk kejuaraan di musim 1988-1992. Kejuaraan F1 1994, Senna
mulai perlombaan; meskipun menang dalam dua balapan, ia gagal untuk
menyelesaikan balapan lain dan 20 poin tertinggal.
Dia memimpin di GP San Marino di Imola, di mana banyak pembalap berada
di tepi setelah kematian pembalap pendatang baru Roland Ratzenberger,
ketika mobilnya meninggalkan lintasan dan menabrak dinding penahan pada
kecepatan 220 km/ jam. Tempat / kerangka roda penyok kebelakang menembus
helm, menyebabkan pecah tulang tengkoraknya.
Di mobilnya, pekerja keamanan menemukan bendera Austria yang masih
digulung, yang akan dikibarkan Senna untuk menghormati kematian
Ratzenberger.
Pemerintah Brazil mengumumkan tiga hari berkabung nasional untuk bintang
besar negara itu. Alain Prost, saingan terbesarnya, adalah salah satu
pengusung jenazah untuk pemakaman, dan diperkirakan 3 juta rakyat Brasil
berbaris di jalan-jalan untuk memberikan penghormatan terakhir.
Di Jepang, kantor pusat Honda di Tokyo menerima begitu banyak karangan
bunga membuat lobi kantor itu kewalahan, meskipun fakta bahwa Senna
tidak lagi berlomba untuk tim McLaren-Honda.
3. Shoya Tomizawa - MotoGP
Pembalap berusia 19 tahun asal Jepang Shoya Tomizawa tewas dalam
kecelakaan di arena balap Moto2 di Sirkuit Misano. Pebalap muda Jepang
meninggal akibat cedera parah saat balapan.
Tomizawa sedang berada di posisi empat ketika terjadi kecelakaan di
depan Alex de Angelis dan Scott Redding. Nasib sial menghampiri
Tomizawa, karena dua pebalap di belakangnya tersebut menggilasnya dengan
kecepatan tinggi. Tomizawa tergilas karena sebelumnya selip dan
terjatuh.
Tomizawa langsung dilarikan ke rumah sakit di Riccione untuk mendapatkan
perawatan. Tetapi takdir berkata lain, karena nyawa sang pebalap tak
bisa diselamatkan. Pada pukul 14.20 waktu setempat, pihak rumah sakit
memberikan pernyataan resmi bahwa Tomizawa meninggal dunia.
2. Marco Simoncelli - MotoGP
Marco Simoncelli lahir di Cattolica, Rimini, Italia, 20 Januari 1987.
Dia adalah salah satu pembalap MotoGP yang berasal dari Italia, dan
cukup terkenal dengan karakter balapnya yang cukup garang.
Pada tahun 2002 ia memulai karirnya di ajang MotoGP. Selama tiga tahun
ia kemudian berlaga di kelas 125cc, namun ia hanya mampu meraih hasil
terbaik di posisi kelima pada tahun 2005. Naik ke kelas 250cc ia menjadi
satu-satunya pembalap tim Gilera yang mampu menunjukkan hasil terbaik
di ajang ini. Yaitu menjadi juara dunia di tahun 2008.
Simoncelli meninggal dunia di Sirkuit Internasional Sepang pada tanggal
23 Oktober 2011 karena kecelakaan yang dialaminya saat GP Malaysia 2011.
Simoncelli terlibat kecelakaan bersama Colin Edwards dan Valentino
Rossi saat berada di posisi keempat pada putaran kedua. Simoncelli
terjatuh ketika sedang berbelok di tikungan ke-11 Sirkuit Sepang dan
tertabrak oleh motor Edwards. Edwards juga terjatuh namun hanya
mengalami patah tulang bahu, sementara Simoncelli berbaring diam di
lintasan sesaat setelah kecelakaan dengan helmnya terlepas dalam insiden
itu. Sementara itu, Rossi hanya sedikit kehilangan keseimbangan dan
dapat melaju pelan ke pit-stop. Setelah insiden tersebut, perlombaan
dihentikan dan Simoncelli langsung dibawa ke pusat medis Sirkuit Sepang.
Pada pukul 16.56 waktu setempat, Simoncelli dinyatakan meninggal dunia
karena luka serius yang dideritanya.
1. Pierre Levegh dan 83 Penonton - Le Mans Race
Pierre Levegh, seorang sopir pabrik untuk Mercedes-Benz, membayangi
pemimpin perlombaan setelah dua jam melaju pada 24 Hours of Le Mans race
1955 di Le Mans. Sebuah mobil lebih lambat memblokir jalan dan, mobil
yang memimpin lomba mampu menghindarinya, tapi itu membuat Levegh tidak
ada waktu untuk bereaksi.
Dia bertabrakan dengan mobil lebih lambat, yang membuat jalur
dibelakangnya seperti mengamuk, dan membuatnya terpental ke udara pada
kecepatan hampir 150 mil per jam. Ia melejit ke udara dan menghantam
gundukan tanah di sebelah kiri penonton.
Bagian mobil- termasuk gandar depan dan kap - terbang ke kerumunan.
Tangki bahan bakar pecah dan mobil, dengan komponen yang banyak terbuat
dari magnesium, meledak menjadi api, mengirimkan bara ke jalur lintasan
dan juga ke banyak penonton.
Pada hari itu, 83 penonton tewas dan 120 lainnya luka-luka. Tragedi Le
Mans 1955 telah digambarkan sebagai peristiwa tunggal yang hampir
mematikan olahraga balap mobil itu sendiri. Mercedes-Benz menarik diri
dari olahraga motor kompetitif sampai pertengahan 1980-an.
Pemerintah Jerman, Perancis, Swiss, Spanyol dan negara-negara lain
langsung melarang balap mobil, sampai lintasan balap mempunyai standar
keamanan yang lebih tinggi (Swiss masih memiliki larangan segala bentuk
motorsport waktunya, sampai 2010).
Langkah-langkah keselamatan yang biasa kita jumpai pada mobil saat ini,
seperti sabuk pengaman, dilakukan setelah Tragedi 1955, dan melacak
berubah untuk menjelaskan peningkatan kecepatan dari 60 mil per jam
ketika pertama kali dibuka sampai 190 mil per jam, di tahun 1955.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar